Selasa, 22 Maret 2016

Budidaya Ikan Nila Dengan Sistem Bioflok

Budidaya Ikan Nila Dengan Sistem Bioflok - Budidaya ikan dengan sistem bioflok menjadi alternatif lain yang mulai banyak diterapkan oleh para pembudidaya ikan pada saat ini. Sistem ini menjadi populer karena jika dibandingkan dengan sistem konvensional mempunyai kelebihan diantaranya lebih irit pakan dan tingat kematian ikan lebih kecil.


budidaya ikan nila dengan sistem bioflok


Pengertian Sisitem Bioflok

Sistem bioflok telah diterapkan pada beberapa budidaya ikan diantaranya ikan lele, udang dan tidak menutup kemungkinan dapat juga diterapkan pada ikan lain diantaranya ikan nila. Bioflok adalah gumpalan atau agregat yang berisi mikroorganisme yang sangat baik untuk pakan ikan. Selain terdapat mikroorganisme, bioflok juga terdiri dari bahan organik dan non organik, kation, dan polimer organik. Bahan organik dalam bioflok tersebut berisi 2-20% mikroorganisme dan 60-70% bahan organik lainnya, sedangkan bahan anorganiknya berkisar 30-40%. Pembentukan bioflok telah di bahas lebih lengkapa pada Budidaya Ikan Lele Dengan Sistem Bioflok.

Uji Coba Budidaya Ikan Nila Dengan Sistem Bioflok

Seperti yang telah dilansir portal berita Jitunews, yang memberitakan ujicoba teknologi bioflok terhadap ikan Nila ini telah dilakukan di Balai Pengembangan Budidaya Air Payau (BPBAP) Ujung Batee, Aceh Besar, Nahhroe Aceh Darussalam, sekitar Mei-Agustus 2014 lalu.
Budidaya Ikan Nila dimulai dengan penebaran benih nila berukuran sekitar 4 gram dalam kolam bak semen seluas 160 m2 dengan kepadatan 38 ekor per m2 pada salinitas 10 ppt. Pakan komersil (kandungan protein kasar 28%) diberikan pada bulan pertama sebanyak 4% dari total berat badan. Berikutnya pada bulan kedua sebanyak 3,5%, bulan ketiga sebanyak 3%, dan pada bulan keempat sebanayak 2,5%.

Sebagai sumber karbon organik pemicu pembentukan flok, diberikan molase sebanyak 300 ml. Molase diberikan setiap tiga hari sekali atau 2 kali per minggu. Aerasi udara diberikan secara merata dengan jarak 2 m. Setelah memasuki masa pemeliharaan bulan ketiga, kincir diberikan dengan tujuan untuk menambah kandungan oksigen di kolam pemeliharaan.

Pemanenan

Pemanenan pada ujicoba budiaya ikan nila dengan sistem bioflok ini dilakukan pada masa pemeliharaan 4 bulan. Hasil yang diperoleh yaitu sebanyak 508 kg, dengan rata-rata berat ikan 154 gram . Jika hasil panen ikan nila tersebut dikonversi dalam satuan luas hektar adalah 31,74 ton/ha. Lebih dari setengah dari populasi ikan dapat dipanen atau dengan kata lain tingkat kelangsungan hidup (SR) Nila sebesar 55%. Sedangkan nilai konversi pakan (FCR) nya mendekati satu, yakni 1,06.

Penyebab SR rendah belum dipastikan lebih lanjut. Kemungkinannya adalah efek dari perubahan mikroba di kolam. Alga dan bakteri benang sering menjadi kerangka flok. Selama 3 kali pengamatan, diketahui bahwa terjadi suksesi mikroba yakni menghilangnya dominasi alga benang sebagai penyokong kerangka flok utama. Dominasi alga benang dapat dilihat dari flok yang berwarna hijau kebiruan dan ukuran flok yang besar.

Setelah dilakukan analisa laba rugi, secara ekonomis, budidaya ikan Nila dengan sistem bioflok tersebut cukup menguntungkan. Keuntungan yang diperoleh dengan perhitungan kasarnya yaitu sekitar Rp 2 juta per 4 bulan pada kolam pemeliharaan dengan luas 160 m2 atau Rp 382,875 juta/ha/tahun. Itulah hasil budidaya ikan nila dengan sistem bioflok, cukup menguntungkan bukan?  http://www.gemaperta.com/2016/03/budidaya-ikan-nila-dengan-sistem-bioflok.html
 Selamat mencoba.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar