Awas ! Pupuk Kimia Membuat Tanah Tidak Subur - Pertanian di Indonesia tidak terlepas dari pupuk kimia. Pemakaian pupuk kimia memang praktis dan langsung keliahatan hasilnya. Dalam beberapa hari setelah pemakaian pupuk kimia, tanaman langsung kelihatan hijau dan subur. Tetapi yang harus diwaspadai adalah dampak jangka panjangnya. Akibat dari pemakaian pupuk akan terlihat dalam waktu jangka panjang. Tanah menjadi jenuh dan tidak subur.
Program intensifikasi lahan yang di canangkan oleh pemerintah Orde Baru beberapa tahun lalu memang mengantarkan pertanian Indonesia berhasil mendapatkan penghargaan swasembada pangan dari FAO, Badan Pangan PBB pada tahun 1984. Namun di balik keberhasilan itu, program ini meninggalkan persoalan baru bagi generasi sekarang. Kondisi tanah sekarang menjadi jenuh oleh pemakaian pupuk kimiawi tanpa kita sadari.
Sebagian tanah pertanian Indonesia telah mengalami penurunan kesuburan, yang ditandai dengan kandungan C-organik di bawah 2%. Kandungan ideal C-organik tanah adalah 5%. Ini adalah hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Pusat Tanah dan Agroklimat Bogor.
PT. Petrokimia Gresik mencoba melakukan riset untuk mengatasi masalah ini, mengembalikan kandungan C-organik tanah menjadi ideal/normal kembali. Inovasi yang didapat dari hasil riset yang dilakukan mulai tahun 2004 adalah ditemukannya pupuk organik Petroganik.
Sejak ditemukanya pupuk organik Petroganik, PT. Petrokimia Gresik mulai gencar melakukan sosialisasi dengan tema Pemupukan Berimbang. Pemupukan berimbang yang dimaksud adalah seimbang antara pupuk organik dan pupuk anorganik.
Pupuk anorganik (kimiawi) dinilai penting sehingga tidak dapat di tinggalkan demikian juga pupuk organik (non kimiawi). Kandungan pupuk kimiawi terbatas hanya unsur hara makro seperti N, P, K, Ca, Mg dll tetapi kandungan tersebut dapat disediakan dalam jumlah banyak (prosentasenya). Sebaliknya pupuk anorganik mengandung unsur hara yang lengkap baik mikro dan makro tetapi prosentase masing-masing terbatas/kecil. Dan bagusnya lagi pupuk anorganik dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologis tanah. Demikian penjelasan dari Manager Humas PT. Petrokimia Gresik.
Adapun pola pemupukan berimbang yang disosialisasikan PKG, tambah Yusuf, adalah 5:3:2, yaitu 500 kg pupuk organik Petroganik, 300 kg pupuk NPK Phonska, dan 200 kg pupuk Urea.
Pola pemupukan berimbang ini gencar disosialisasikan dalam program Gerakan Peningkatan Produktivitas Pangan berbasis Korporasi (GP3K).
"Terbukti dapat meningkatkan panen 1-2 ton/ha menjadi sekitar 7-8 ton/ha, jauh di atas rata-rata nasional yang berkisar 5,5 ton/ha," kata Yusuf.
Upaya ini merupakan salah satu bentuk pembangunan industri berkelanjutan, dimana usaha bisnis yang dijalankan PKG adalah bisnis yang berwawasan lingkungan.
Selain tuntutan lingkungan, kesadaran akan lingkungan ini juga merupakan tuntutan global. "Terlebih tidak lama lagi, akan diberlakukan pasar bebas Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015," kata Yusuf. Sumber : tribunnews.com
Baca Juga : Pupuk Organaik Versus Pupuk Oanorganik
Program intensifikasi lahan yang di canangkan oleh pemerintah Orde Baru beberapa tahun lalu memang mengantarkan pertanian Indonesia berhasil mendapatkan penghargaan swasembada pangan dari FAO, Badan Pangan PBB pada tahun 1984. Namun di balik keberhasilan itu, program ini meninggalkan persoalan baru bagi generasi sekarang. Kondisi tanah sekarang menjadi jenuh oleh pemakaian pupuk kimiawi tanpa kita sadari.
Sebagian tanah pertanian Indonesia telah mengalami penurunan kesuburan, yang ditandai dengan kandungan C-organik di bawah 2%. Kandungan ideal C-organik tanah adalah 5%. Ini adalah hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Pusat Tanah dan Agroklimat Bogor.
PT. Petrokimia Gresik mencoba melakukan riset untuk mengatasi masalah ini, mengembalikan kandungan C-organik tanah menjadi ideal/normal kembali. Inovasi yang didapat dari hasil riset yang dilakukan mulai tahun 2004 adalah ditemukannya pupuk organik Petroganik.
Sejak ditemukanya pupuk organik Petroganik, PT. Petrokimia Gresik mulai gencar melakukan sosialisasi dengan tema Pemupukan Berimbang. Pemupukan berimbang yang dimaksud adalah seimbang antara pupuk organik dan pupuk anorganik.
Pupuk anorganik (kimiawi) dinilai penting sehingga tidak dapat di tinggalkan demikian juga pupuk organik (non kimiawi). Kandungan pupuk kimiawi terbatas hanya unsur hara makro seperti N, P, K, Ca, Mg dll tetapi kandungan tersebut dapat disediakan dalam jumlah banyak (prosentasenya). Sebaliknya pupuk anorganik mengandung unsur hara yang lengkap baik mikro dan makro tetapi prosentase masing-masing terbatas/kecil. Dan bagusnya lagi pupuk anorganik dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologis tanah. Demikian penjelasan dari Manager Humas PT. Petrokimia Gresik.
Adapun pola pemupukan berimbang yang disosialisasikan PKG, tambah Yusuf, adalah 5:3:2, yaitu 500 kg pupuk organik Petroganik, 300 kg pupuk NPK Phonska, dan 200 kg pupuk Urea.
Pola pemupukan berimbang ini gencar disosialisasikan dalam program Gerakan Peningkatan Produktivitas Pangan berbasis Korporasi (GP3K).
"Terbukti dapat meningkatkan panen 1-2 ton/ha menjadi sekitar 7-8 ton/ha, jauh di atas rata-rata nasional yang berkisar 5,5 ton/ha," kata Yusuf.
Upaya ini merupakan salah satu bentuk pembangunan industri berkelanjutan, dimana usaha bisnis yang dijalankan PKG adalah bisnis yang berwawasan lingkungan.
Selain tuntutan lingkungan, kesadaran akan lingkungan ini juga merupakan tuntutan global. "Terlebih tidak lama lagi, akan diberlakukan pasar bebas Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015," kata Yusuf. Sumber : tribunnews.com
Baca Juga : Pupuk Organaik Versus Pupuk Oanorganik